BIMBINGAN MENUJU KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WAROHMAH

Kedamaian dan kebahagiaan seseorang terletak dalam jiwa manusia masing-masing,yang tidak seorangpun mengetahui akan keadaan jiwa,sebab urusan jiwa ada pada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah :Dan mereka akan bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,soal roh adalah urusan tuhanku. (QS.Al-Isra:85)

Maka,untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan hati,manusia harus kembali kepada Allah,melalui beberapa jalan,diantaranya adalah :

1). Takwa kepada Allah.
Kata taqwa asal maknanya adalah mengambil tindakan panjangan dan memelihara diri dari sesuatu yang mengganggu dan memudharatkan. Menurut syarak,bahwa taqwa berarti menjaga dan memelihara diri dari siksa dan murka Allah dengan jalan melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangannya serta menjauhi perbuatan maksiat.

Imam Ghazali menerangkan bahwa perkataan taqwa adalah berasal dari kata wiqayah yang dapat diartikan dengan pelindung atau pemelihara,yakni terpelihara dari kejahatan, karena adanya keinginan yang kuat untuk meninggalkan kejahatan itu.

Abu Darda menyatakan bahwa taqwa seseorang dikatakan sempurna apabila orang tersebut telah menjaga diri dari perbuatan dosa walaupun seberat biji sawi atau sekecil atom sekalipun,bahkan bersedia meninggalkan yang subhat,yaitu sesuatu yang kehalalannya masih diragukan karena takut tergelincir kepada yang haram,dengan demikian terbentuk lah benteng yang kokoh diantara dirinya dengan barang haram dan perbuatan yang dimurkai Allah SWT. Sebagaimana disinyalir dalam al-qur'an :
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat atom sekalipun,niscaya ia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang melakukan kejahatan seberat atom sekalipun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya juga". (QS.As-Zalzalah:7-8)

Selanjutnya Abu Darda memperingatkan agar tidak seorang pun meremehkan dan menganggap enteng perbuatan yang baik sekalipun kecil. Demikian juga hendaknya manusia menjauhi perbuatan jahat,sekalipun tampaknya tidak berarti.

Khalifah umar bin abdul aziz yang dianggap sebagai khalifah kelima diantara khulafaur Razyidin mengatakan,bahwa puasa pada siang hari,berjaga untuk shalat dan berzikir sepanjang malam atau mengerjakan keduanya (siang dan malam) belum dapat dikatakan taqwa yang sempurna. Taqwa kepada Allah berarti meninggalkan segala yang diharamkan dan menunaikan segala yang diwajibkan. Barangsiapa yang dikarunia kemampuan berbuat baik setelah taqwa kepada Allah,maka kebaikannya itu merupakan tambahan kebaikan.

Thalaq bin Hubaib menerangkan,bahwa taqwa berarti beramal karena taat kepada Allah,patuh pada pimpinan dan bimbingannya,mengharap ridhanya dan meninggalkan perbuatan durhaka kepadanya.

Musa bin A'yun menerangkan,bahwa orang yang taqwa berarti telah membersihkan diri dari bermacam-macam subhat,karena takut jatuh kepada yang haram.

Demikianlah arti taqwa menurut orang-orang yang berilmu,semoga kita termasuk orang-orang yang bertaqwa kepada Allah sehingga kita memperoleh kedamaian yang hakiki,di
dunia dan di akhirat.


2). Tawadlu.
"Dari Iyald bin himar ra berkata,Rasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya Allah SWT memberi wahyu kepadaku agar kalian saling merendahkan diri sehingga seseorang tidak melampaui batas terhadap orang lain dan seseorang tidak berbangga atas orang lain".(HR.Muslim)

Para ulama tasawuf membuat definisi tawadlu sebagai berikut :
Seseorang wara' ahli tasawuf,angkatan tabi'ut tabi'in fudlail bin 'iyadl mengatakan bahwa orang yang tawadlu ialah orang yang tunduk dan taat melaksanakan yang hak serta mau menerima kebenaran dari siapa saja.

Al-junaid seorang wara' ahli tasawuf seangkatan dengan fudlail bin 'iyadl mengatakan bahwa tawadlu ialah membusungkan dada tapi lemah lembut tanda hormat. Al harawi berkata bahwa tawadlu ialah bersungguh-sungguh mencapai yang hak.

Ibnu taimiyah menerangkan bahwa tawadlu ialah menunaikan segala yang hak bersungguh-sungguh,taat menghambakan diri kepada Allah sehingga benar-benar mengabdi kepada Allah dan tanpa menganggap dirinya tinggi.

Tawadlu ialah menerima yang hak (benar) dan menolak kemungkaran. Rasulullah adalah contoh yang sangat baik bagi kita dalam hal tawadlu,beliau adalah makhluk pilihan dan rahmat untuk seluruh alam,tidak pernah berbesar mulut,sopan,beradab mulia,dan lemah lembut sesama muslim.

Para ulama membagi tawadlu menjadi tiga hal,yaitu :

1. Tawadlu kepada agama,yaitu sikap menentang keterangan-keterangan yang dinukil dari Allah dan Rasulnya serta tidak mencela.
2. Tawadlu kepada sesama muslim,yaitu sikap rela menjadikan sesama muslim sebagai saudaranya,selama Allah menganggap orang tersebut sebagai hambanya.
3. Tawadlu kepada yang hak yang datang dari Allah semata serta tunduk,taat dan patuh kepada hukum-hukumnya dan tidak membangkang sama sekali.

Sikap tawadlu ini adalah suatu sikap mental orang sufi yang selalu meniru dan mencontoh sikap Rasulullah SAW. Rasulullah sekalipun kedudukannya sebagai kepala negara, sebagai panglima perang dan sebagai pemimpin umat,namun dalam tindak tanduk dalam pergaulan beliau dengan orang lain,tidaklah berbeda dengan orang banyak.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik diterangkan bhawa Rasulullah selalu menziarahi orang sakit,mengiringi jenazah,menunggu keledai,memenuhi undangan kaum budak.

Beliau memberi salam kepada anak-anak bersenda gurau dengan mereka,mengobrol dan mendukungnya,beramah tamah sehingga mereka merasa manja kepada beliau.

Didalam rummah tangganya,beliau bertindak sebagai orang biasa,memberi makan binatang ternaknya,merawatnya dan memasukkannya ke kandangnya. Beliau menyapu dan membersihkan rumah,memeras sendiri susu kambingnya,beliau makan bersama-sama dengan pembantu rumahnya,menggiling gandum bergiliran dengan pembantunya. Beliau berbelanja sendiri ke pasar dan membawa belanjanya,menjabat orang kaya atau miskin,orang dewasa atau anak kecil malah beliau sering memulai salam kepada sesama muslim yang dijumpainya.

Beliau bekerja bersama-sama sahabatnya membuat parit perlindungan,beliau ikut mengamalkan kayu bakar untuk masak,ikut beternak dan sebagainya. Beliau tidak mau dibeda-bedakan,dengan sabdanya sesungguhnya Allah tidak mau melihat hambanya dibeda-bedakan diantara sesama kawannya.

Ketika ada tamu yang datang kerumahnya,beliau sendiri yang melayani dan meladeni tamunya,meskipun para sahabatnya memohon unutk tidak mengerjakannya,bahkan beliau bersabda,aku ingin memuliakan sendiri".

Dalam pertemuan yang diadakan,beliau duduk ditempat kosong,tidak mengambil tempat yang perlu di istimewakan,beliau bersabda,wahai manusia,janganlah kamu mengangkat aku melebihi batas kedudukanku. Allah telah mengambil aku sebagai Nabi dan Rasul-Nya.

Apabila beliau berjalan bersama para sahabatnya,beliau sering dibelakang mereka,tidak menghendaki diiringkan. Beliau bersabda,"Biarlah dibelakangku malaikat yang mengikuti". Kadang-kadang beliau berjalan kaki,dan kadang-kadang berkendaraan unta,keledai Bighal atau berjalan kaki tanpa sepatu.

Beliau tidak pernah menolak dihamparkan tikar untuk duduk atau untuk tidur. Alas tidur beliau terbuat dari daun kurma yang tidak berseprai. Beliau selalu memenuhi undangan orang dari berbagai warna kulit,tidak pernah menolak atau terhina diundang orang miskin dan papa. Beliau selalu membal as hadiah yang diterimanya,sebagai tanda terima kasih meskipun hanya terdiri atas seteguk air atau sepaha kelinci. Beliau suka bergaul dengan siapa saja dan duduk bersama tanpa melihat kedudukan orang itu,baik fakir maupun miskin,orang lemah atau kuat,beliau memakai pakaian biasa seperti yang dipakai sahabatnya. Apabila bercanda beliau selalu menggunakan kata-kata benar dan tertawa dengan senyum. Beliau dengan teliti mendengarkan pengaduan kaumnya dan menyelesaikan perkara mereka. Beliau sangat penyayang kepada setiap orang muslimm dan sangat lemah lembut.

Sikap seperti inilah yang ditiru oleh para sahabat yang memimpin umat pada masa lampau,dan menjadi contoh bagi orang sufi.

3). Mengingat Allah.

"Aku sesuai dengan dugaan hamba-Ku kepada-Ku,dan aku bersama dengannya ketika ia berdzikir kepada-Ku. Jika ia dzikir kepada-Ku didalam hatinya,akupun ingat pula kepadanya didalam hati-Ku. Dan jika ingat kepadaku dalam khalayak ramai,niscaya akupun ingat kepadanya dalam lingkungan khalayak ramai yang lebih baik. Dan jika ia mendekati kepada-Ku sejengkal,akupun mendekat pula sehasta. Dan jika ia mendekat kepadaku sehasta,niscaya aku mendekat kepadanya sedepa. Dan jika ia datang kepadaku berjalan,maka aku mendatanginya sambil lari". (HR.Tirmidzi)

Yang dimaksud Dzikrullah (mengingat Allah) ialah mengagungkan-Nya,mensucikan-Nya,mengucapkan "Allah,Allah",mengucapkan tasbih "Subhanallah,subhanallah" dan melakukan pujan kepada-Nya dengan segala macam bentuk dan cara manfaat dzikrullah ini sangat besar sekali,sebagaimana firman Allah SWT dalam hadist Qudsi :

"Wahai anak adam! Apabila kamu ingat kepadaku dalam keadaan sunyi sepi,aku akan ingat pula kepadamu dalam keadaan sunyi sepi. Dan apabila kamu ingat kepadaku ditengah khalayak ramai,aku akan ingat pula kepadamu ditengah khalayak ramai yang lebih baik dari tempat kamu ingat kepadaku". (Ibnu Abbas ra)

Dzikir menurut orang sufi seperti yang dikemukakan oleh ibnu Athaillah ialah "Menyingkirkan lupa dan lalai dengan selalu ingat hati kepada Allah " Abu bakar Wasiti pernah ditanya tentang dzikir beliau menjawab,"Keluar dari lapangan lupa dan masuk ke lapangan musyahadah,karena saking takut dan dorong oleh cintanya yang mendalam".

Dzikir ini ada 2 cara : 1. Dzikir dengan hati. 2. Dzikir dengan lisan. Masing-masing dari keduanya terbagi kepada dua,yaitu : 1. Dzikir dalam arti ingat dari yang tadinya lupa. 2. Dzikir dalam arti kekal ingatannya.

Dzikir kepada Allah dapat dilakukan dengan lisan dan hati.

  1. Dzikir dengan lisan berarti menyebut nama-Nya,berulang kali,menyebut sifat-sifatnya  berulang-ulang,atau puji-pujian kepada-Nya untuk dapat kekal dan senantiasa melakukannya hendaknya dibiasakan atau dilaksanakan berkali-kali dan berulang kali.
  2. Dzikir kepada Allah dengan hati,ialah menghadirkan kebesaran dan keagungan-Nya didalam diri dan jiwanya,sehingga mendarah daging.

Tak ada yang diingatnya kecuali Allah tak ada nafas yang dihembuskannya kecuali dengan lafal Allah serta ingat akan kebenaran dan keagungannya,tak ada nafas yang di hirupnya kecuali dengan lafal Allah serta ingat akan kebesaran dan keagungan-Nya dalam hati sanubarinya.

Kerjasama antara hati dan lisan dalam hal dzikir kepada Allah sangat baik sekali,sebab bila seseorang telah disiplin mengamalkan dan melakukannya dengan sendirinya mengingatkan menjadi "dzikir a'dl'a",yaitu seluruh anggota badannya akan terpelihara dari berbuat maksiat karena dzikir kepada illah. Bagi seseorang yang hatinya telah bening dan jernih dapat mengontrol anggota badannya untuk tetap berdisiplin ucapan akan sesuai dengan perbuatannya,lahiriahnya sesuai dengan hatinya. Akan tetapi,seringkali dan banyak sekali orang yang tersesat yang disebabkan mempelajari tasawwuf,karena yang dilakukan tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW,sehingga masuk ke aliran kebatinan yang dapat merusak agamanya sendiri.

Dzikrullah yang tidak sejalan dengan sunnah Rasulullah SAW dapat menyebabkan orang tersesat pada kebatilan. Oleh karena itu,berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya sesuai dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW. Yang dimaksud dzikir dalam keadaan sunyi sepi,yaitu dzikir kepada Allah disaat menyendiri,baik ditempat yang terpencil atau tidak terlalu memencilkan diri ke gua-gua di gunung- gunung atau hutan,kecuali bila diperlukan untuk melakukan uzia (mengasingkan diri) karena sesuatu hal termasuk dalam arti sunyi sepi,yaitu melakukan dzikir atau shalat pada waktu tengah malam atau sepertiga malam yang terakhir.

Adapun yang dimaksud dengan dzikir ditengah khalayak ramai,yaitu dzikir secara berjamaah,secara berkelompok. Dan kelompok jamaah yang lebih baik adalah majelis malaikat. 

Ibnu athaillah membagi bentuk dzikir kepada tiga macam dzikir jalli,dzikir khafi dan dzikir hakiki.

  • Dzikir jalli bagi orang ahli bidayah ialah dzikir lisan,yang berupa ucapan yang mengandung pujian-pujian syukur kepada nikmat Allah,dzikir lisan ini cukup hanya mengucapkan tanpa disertai dengan ingatan hati. Dzikir seperti in banyak disebutkan didalam ayat-ayat al-qur'an dan sunnah tentang kelebihannya dzikir dalam hal ini ada yang terikat dengan waktu dan tempat. Dzikir yang terikat seperti dzikir didalam shalat,sesudah shalat,pada waktu mengerjakan ibadah haji,sebelum tidur dan sesudah bangun sebelum makan dan sesudah makan,dikala naik kenderaan dan turun dari kenderaan,pada waktu pagi dan tempat dan keadaan seperti pujian-pujian kepada Allah dalam bentuk kalimat Subhanallah alhamdulillah, la ilaaha ilaallah,allahu akbar,laa haula walaa quwaata illa billah dan doa-doa yang lain.
  • Dzikir khafi dengan menghilangkan rasa kebosanan,dan selalu kekal musyahadah kepada tuhannya dzikir yang tersempurna adalah dzikir hakiki,yaitu dzikir seluruh tubuh dan seluruh anggotanya,yaitu dengan memelihara anggotanya dari yang dilarang Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Dzikir memang penting bagi manusia,karena dengan dzikir itu manusia akan mengenal tuhannya,yang telah menciptakan dirinya sendiri,dan seseorang akan mengenal dirinya sendiri dan akan mengetahui kelemahan yang selalu dialaminya. Dalam keadaan taat,bila manusia dzikir kepada Allah pada saat itu,maka akan lahirlah suatu keyakinan bahwa ketaatan yang diperbuatnya adalah merupakan karunia Allah dan dengan taufik-Nya. Dengan keyakinan ini terhindarlah ia dari sifat ujub,yaitu menyadarkan ketaatan itu kepada perbuatannya sendiri dan amalan yang seperti itu merupakan penyakit yang meruntuhkan pahala dari amal ibadahya. Kalau manusia dalam keadaan maksiat,maka dengan dzikir kepada Allah,maka akan dapat membangkitkan kesadarannya untuk menjadi manusia yang mencintai Allah dan Allah pun mencintainya. Dengan keyakinan itu ia akan sadar bahwa kemaksiatan adalah sebuah dinding yang mendinding antara dirinya sendiri dengan tuhannya,dan kemaksiatan itu pula yang akan menjerumuskan ke jurang kebinasaan. Kalau manusia dalam keadaan memperoleh nikmat, baik nikmat itu berupa harta benda,pangkat atau kedudukan serta kemewahan-kemewahan lainnya dengan dzikir kepada Allah akan menimbulkan keinginan untuk mensyukuri nikmat itu, dengan bersyukur kepada nikmat maka nikmat yang ada pada tangannya akan tetap dan bertambah,sebaliknya kalau manusia itu lupa atau kufur terhadap nikmat-nikmat akan ditarik dan menjadi bencana baginya. Kalau ia dalam keadaan menderita,dengan dzikir kepada Allah,timbullah keyakinan bahwa penderitaan pada hakekatnya adalah merupakan cobaan,baginya setiap cobaan akan dihadapi dengan sabar, dengan sikap sabar terhadap cobaan ini,Allah akan memberi pahala yang berlipat ganda serta menghindarkan dirinya dari cobaan tadi.

Manfaat dzikir kepada Allah yang bersifat umum adalah untuk :
  1. Memperlunakkan hati manusia sehingga hati manusia dapat melihat kebenaran dan bersedia mengikuti dan menerima kebenaran itu.
  2. Membangkitkan kesadaran bahwa Allah maha pengatur dan apa yang telah ditetapkan-Nya adalah baik.
  3. Meningkatkan mutu yang telah dikerjakan,karena sesuai dengan amal perbuatan,tidak dinilai oleh Allah dari lahirnya saja,tetapi Allah menilai dari segi keihklasan hamba-Nya dalam beramal.
  4. Memelihara diri dari godaan setan,karena setan hanya dapat menggoda dan menipu manusia yang lupa kepada Allah.

Dalam al-qur'an banyak sekali ayat menunjukkan dan menyuruh melakukan dzikrullah yang menerangkan ketinggian orang-orang yang suka melakukan dzikir kepada Allah, sebagaimana firman Allah,"Dan ingatlah sebanyak-banyaknya kepada Tuhanmu dan ucapkan tasbih sore dan pagi". (QS.Ali-Imran:41)

"Dan ingatlah kepada tuhanmu didalam hatimu dengan merendahkan diri dan takut". (QS.Al-A'raf:205)

"Dan ingatlah akan tuhanmu apabila kamu sedang lupa"> (QS.Al-Kahfi:24)

"Dan ingatlah nama tuhan kamu dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati". (QS.Al-Muzammil:8)

"Apabila kamu semua telah kembali (selesai wukuf) dari Arafah,ingatlah kepada Allah di Masy'aril Haram". (QS.Al-Baqarah:198)

"Dan dzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang telah ditentukan (hari-hari tasyriq)". (QS.Al-Baqarah:203)

"Wahai orang-orang yang beriman dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya". (QS.Al-Ahzab:41)

"Dan ingatlah kepada Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu sekalipun mendapat kemenangan". (QS.Al-Jum'at:10)

"Orang-orang yang beriman itu hatinya menjadi tenteram karena dzikir kepada Allah. Ingatlah dengan dzikir kepada Allah hati menjadi tenteram". (QS.Ar-Radu:28)

4). Bersyukur kepada Allah.

Seorang ulama berkata,"Barangsiapa yang tidak menghadap kepada Allah ta'ala dengan kelembutan-kelembutan karunia kebaikan-Nya,niscaya dia akan dibelenggu dengan berbagai rantai percobaan dan ujian. Barangsiapa yang tidak bersyukur dengan segala nikmatnya itu maka ia telah menunjukkan kepada hilangnya nikmat-nikmat itu. Dan barangsiapa yang bersyukur dengan nikmat itu,maka ia telah mengikatnya dengan tali nikmat tersebut. Imam al Qusyairi menukil dari syekh Ali Dahaq mengatakan bahwa hakekatnya syukur menurut ahli ialah pengetahuan terhadap nikmat yang telah diberikan kepadanya yang dibuktikan dengan ketundukannya". Berdasarkan batasan ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa syukur itu ialah mempergunakan nikmat Allah menurut yang dikehendaki oleh Allah, dalam istilah populernya bernama "Syukur nikmat". Sedangkan mempergunakan nikmat Allah tidak pada tempatnya; umpama mata untuk melihat hal-hal yang haram,mulut untuk berbicara yang kotor-kotor,memperoleh rezeki untuk berbuat kemaksiatan,bukan dinamakan syukur tetapi bernama kufur nikmat.

Karena itu syukurnya seorang hamba kepada Allah adalah dengan memuji dan menyebut serta mempergunakan nikmat itu. Kebaikan sesuai dengan maksud Allah memberikan nikmat itu. Kebaikan seorang hamba kepada tuhannya ialah ketundukkan dan kepatuhan terhadap perintah tuhannya,sedangkan kebaikan tuhan kepada hambanya ialah memberikan nikmat itu dan memberikan taufiknya. Karena itu dikatakan bahwa syukur hamba yang sebenarnya ialah menuturkan dengan lidah-lidahnya,mengakui dengan hatinya akan nikmat tuhannya,dan memperguna kan nikmat itu sesuai yang dikehendaki oleh tuhannya.

Nikmat yang telah diberikan Allah kepada manusia ada 2 macam,yaitu nikmatul ijab ialah nikmat ciptaan,artinya ia telah dijadikan dan diciptakan,yang dahulunya tidak ada. Dan sesudah ada,Allah mengirimnya pula dengan nikmat imdad,ialah nikmat yang menyebabkan manusia akan tetap ada,kalau tidak diiringi dengan nikmat yang kedua ini,ia akan kembali
tidak ada lagi,seperti makanan dan pakaian.

Dalam al-qur'an Allah menegaskan bahwa apabila manusia mensyukuri nikmat,Allah akan menambah nikmatnya,dan apabila manusia tidak berterima kasih kepada nikmatnya, Allah akan mengurangi atau mencabut nikmat itu dari manusia sebagai hukuman kekufuran. Sebagaimana firman-Nya,"Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab ku sangat pedih". (QS.Ibrahim:7)

Pada umumnya sifat manusia itu lalai dan tidak menyadari nilai nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepadanya,dan apabila nikmat itu telah dicabut oleh Allah dari padanya, maka barulah ia merasakannya serta menyadarinya,seperti nikmmat kesehatan,sehat jasmani dan rohani,dan lain-lain dalam hidup dan kehidupan Allah berfiman,"Barangsiapa yang bersyukur,maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar,maka sesungguhnya tuhanku maha kaya lagi maha mulia". (QS.An-Naml:40)

Imam Ghazali berkata,"ketahuilah bahwa syukur itu adalah merupakan maqam yang tertinggi dari segala maqam,karena bersyukur itu sendiri adalah dimaksud dan bukan merupakan
alat,karena itu syukur itu terdiri dari 3 perkara,yaitu :

  1. Pengetahuan tetap nikmat,bahwa seluruh nikmat dari Allah dan Allah sendiri yang memberikan nikmat ilmu pengetahuan kepada orang yang dikehendakinya,adapun yang lainnya hanya sebagai perantara untuk sampainya nikmat itu. 
  2. Sikap jiwa yang tetap dan tidak berubah adalah sebagai akibat dari pengetahuannya,yang mendorong untuk selalu senang dan mencintai yang memberi nikmat,dalam bentuk kepatuhannya kepada perintah Allah. 3. Perbuatan yang bukan berbuat maksiat kepada Allah,sikap yang demikian itu hanya terjadi kalau seseorang telah mengenal kebijaksanaan Allah dalam menciptakan seluruh makhluknya. Sikap yang demikian hanya diberikan Allah kepada Hamba-Nya yang dikehendaki-Nya saja.

Dalam kaitannya dengan hal ini,Ibnu Qudamah al Muqadari berkata,"Syukur itu dapat terjadi dengan lisan,dengan hati,dan dengan perbuatan anggota. Bersyukur dengan hati ialah keinginan untuk selalu berbuat kebaikan,yang demikian itu tidak diberikan setiap orang. Bersyukur dengan lidah ialah melahirkan rasa terima kasih tadi melalui ucapannya, dalam bentuk pujian. Dan bersyukur dengan perbuatan ialah mempergunakan nikmat Allah menurut yang dikehendaki oleh yang memberikan,yaitu menurut peraturan-peraturan Allah SWT.

Adapun dalil-dalil yang berkaitan dengan syukur adalah :
"Sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada luqman,(yaitu) "bersyukur kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur,maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi maha terpuji" (QS.Luqman:12)

"Sesungguhnya kami telah menunjukkan jalan yang lurus,ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir". (QS.Al-Insan/Ad-Dahr:3)

"Karena itu,ingatlah kamu kepadaku niscaya aku ingat (pula) kepadamu,dan bersyukurlah kepadaku jangan kamu mengingkari (nikmatku)". (QS.Al-Baqarah:152)

"Orang yang memberi makan dan yang bersyukur (kepada nikmat Allah) adalah seperti orang puasa dan sabar". (HR.Tirmidzi)

"Orang yang paling bersyukur kepada Allah diantara kamu sekalian adalah orang yang paling bersyukur kepada manusia". (HR.Thabrani dan Ahmad)

"Barangsiapa yang diberi kebaikan maka hendaklah ia menyebutkannya. Barangsiapa yang menyebutkannya maka ia telah mensyukurinya,dan barangsiapa yang menyembunyikannya maka
ia telah kafir". (HR.Thabrani)

5). Mujahadah (Memerangi Hawa Nafsu).

Kata "Mujahadah" berasal dari kata "al-jihad" yaitu mengeluarkan segala kesungguhan,kekuatan dan kesanggupan pada jalan yang diyakini oleh manusia bahwa jalan itulah yang hak dan benar. Namun demikian kata al-jihad itu telah sering dipakai dalam arti perang sambil,memerangi musuh-musuh,dan membela diri dari serangan dan gangguan mereka. Seorang ahli bahasa yang terkenal,Ibnu Atsir menerangkan bahwa al-jihad adalah memerangi orang kafir dengan sungguh-sungguh menghabiskan daya dan tenaga dalam menghadapi mereka,baik dengan perkataan atau perbuatan. Sebagai firman Allah SWT : "Berjihadlah dijalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka". (QS.At-Taubah:20)

Kata jihad boleh juga diartikan dengan perjuangan dalam mencari rezeki yang halal,berdasarkan sabda Rasulullah SAW : "Mencari (rezeki) yang halal itu adalah jihad". (HR.Abu
Nuaim dari Ibnu Umar)

Namun dalam dunia tasawwuf,kata jihad diartikan dengan memerangi hawa nafsu. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa memerangi hawa nafsu itu lebih berat dan lebih besar dari pada memerangi orang kafir. Bahkan Rasulullah SAW setelah kembali dari peperangan besar bersabda kepada sahabat-sahabatnya ; Kita ini kembali dari peperangan yang paling kecil ,menuju peperangan yang lebih besar". Setelah Rasulullah SAW ditanya sahabat,beliau menjawab bahwa peperangan yang lebih besar itu adalah memerangi nafsu. Dalam hadist yang lain Rasulullah SAW menggambarkan bagaimana besarnya bahaya hawa nafsu. "Bukanlah orang yang gagah berani itu lantaran dia cepat melompati musuhnya di dalam pertempuran. Tetapi orang yang berani ialah orang yang bisa menahan dirinya dari kemarahan". (HR.Abu Daud)

Imam Qusyairi menerangkan bahwa mujahid ialah orang-orang yang berusaha membebaskan diri dari kekangan hawa nafsunya yang menjadi sifat manusia,dan berusaha mengendalikan diri serta tidak memperturutkan kehendaknya dalam kebanyakan waktunya. Imam Ghazali menerangkan arti mujahadah yaitu pengerahan kesungguhan dalam menyingkirkan nafsu dan syahwat atau menghapuskan sama sekali.

Menurut Prof.Dr.Hamka bahwa perjuangan melawan hawa nafsu,manusia terbagi menjadi tiga bagian :
  1. Kalah sama sekali dengan ajakan hawa nafsu,sehingga dirinya ditahan dan diperbudak oleh hawa nafsunya sendiri,bahkan hawa nafsunya itu dijadikan tuhannya. Sebagaimana firman Allah SWT,"Apakah yang engkau lihat (Muhammad) orang yang mengikuti hawa nafsunya menjadi tuhannya". (QS.Al-Furqan:43)
  2. Peperangan antara keduanya berganti-ganti,terkadang kalah dan menang,jatuh dan tegak. Orang yang begini yang patut disebut mujahid. Kalau dia mati dalam keadaan menang, matinya mati syahid. Karena memerangi hawa nafsu itu lebih berat dari pada melawan musuh yang berkaitan. Kita ini kembali dari peperangan yang kecil,menuju peperangan yang lebih besar. Yang dimaksud peperangan yang lebih besar disini adalah perang melawan hawa nafsu. "Bukankah yang gagah berani itu lantaran cepat melompati musuhnya dalam pertempuran,tetapi yang berani ialah orang yang bisa menahan dirinya dari kemarahan". (HR.Abu Daud)
  3. Orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya,sehingga ia dapat menguasai hawa nafsunya,bukan yang dikuasai oleh hawa nafsu,dan tidak diperbudak oleh hawa nafsunya. Sabda Rasulullah SAW,"Tidak seorang diantarapun diantara kita yang tidak bersetan,saya sendiri pun juga bersetan,tetapi sesungguhnya Allah telah menolong saya menghadapi setan saya itu sehingga setan dapat saya kalahkan". (HR.Ibnu Jauzi & Ibnu Aburrahman)

Umar bin Khatab juga mendapat derajat yang hampir meningkat ini. Karena Rasulullah SAW pernah berkata kepada Umar,"Demi tuhan yang menguasai diriku didalam tangan-Nya, tidaklah engkau bertemu dengan setan pada suatu jalan,melainkan setan itu menyingkir kepada jalan lain yang tidak engkau lalui". (HR.Muslim)

Derajat yang ketiga ini adalah derajat Nabi dan Wali,adapun yang disebut Wali disini adalah Waliur Rahman,yang disebut Allah dalam Al-Qur'an yang telah taqarrub kepada Allah dengan amal ibadahnya,bukan wali menurut setengah umat yang telah diperjual belikan oleh ulama-ulama yang mengubah-ubah pelajaran agama. Memerangi hawa nafsu adalah suatu perjuangan yang benar-benar berat,maka kalau manusia kurang berhati-hati tentu akan tergelincir dan kalah,sehingga akan diperbudak oleh hawa nafsunya sendiri.

6). Khusyu'.

Khusyu' dalam beribadah syarat mutlak yang tidak boleh ditinggalkan,karena dengan khusyu' manusia akan dapat langsung berhubungan dengan Allah. Imam Qusyairi menerangkan bahwa yang dimaksud dengan khusyu' ialah kepatuhan kepada Allah yang disertai dengan konsentrasi pikiran,perasaan dan ingatan hanya tertuju kepada Allah. Oleh karena itu, bagi orang sufi khusyu' itu merupakan bagian dari rukun beribadah kepada Allah. Dengan khusyu',orang akan dapat merasakan nikmat ibadah itu. Karena itu Huzaifah bin Yaman berkata bahwa yang pertama-tama kamu perhatikan dalam beribadah kepada Allah ialah khusyu'. Allah berfirman,"Benar-benar beruntung orang-orang yang beriman,yaitu orang-orang
yang khusyu' dalam shalatnya". (QS.Al-Mukminun:1-2)

Berdasarkan ayat diatas kita tahu bahwa khusyu' adalah merupakan syarat seorang hamba menghadap tuhannya,dan khusyu' itu letaknya dalam hati,yaitu beribadah dengan penuh konsentrasi,hatinya hanya tertuju kepada Allah. Kalau hati manusia sudah tertuju hanya kepada Allah,maka dengan sendirinya,manusia akan mudah melaksanakan ibadah dan giat mengabdi kepada-Nya,tidak menjadi orang yang malas,pesimis,tidak bersemangat. Sebagaimana firman Allah SWT :

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat,kecuali bagi orang yang khusyu'. (QS.Al-Baqarah:45)

Orang yang khusyu' adalah orang yang giat dan merasa enteng dalam melakukan ibadah menghadap kepada Allah,karena hatinya selalu tertuju hanya kepada Allah semata,bukan kepada lainnya. Dan orang seperti inilah yang memperoleh keberuntungan yang besar,baik di dunia maupun di akhirat kelak.

7). Tawakkal.

Tawakkal menurut orang sufi,seperti dikatakan oleh Abu Zakaria Anshari adalah merupakan keteguhan hati dalam menyerahkan urusannya kepada orang lain,dan keyakinan yang demikian itu terjadi sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi,bahwa ia betul-betul mempunyai sifat kasih sayang terhadap yang memberikan perwakilan, dan ia dapat membimbing terhadap orang yang memberikan perwakilan.

Imam Ghazali menerangkan tentang tawakkal,"hakekat tawakkal ialah merupakan keadaan jiwa yang lahir dari tauhid dan lahir pengaruh tauhid ini dalam perbuatannya". Tawakkal adalah merupakan suatu sikap mental orang sufi yang merupakan hasil dari keyakinannya yang bulat kepada Allah. Karena didalam Tauhid ia diajarkan agar ia meyakini bahwa Allah ada dengan sendirinya;Allah menciptakan segala-galanya,pengetahuannya maha luas,kekuasaan dan kebijaksnaannya maha luas. Karena keyakinan inilah yang mendorong ia menyerahkan urusannya kepada Allah,hatinya tenang dan tenteram,tidak timbul rasa curiga.

Prof.Dr.Hamka menerangkan bahwa Tawakkal adalah menyerahkann keputusan segala perkara,ikhtiar dan usaha kepada Allah SWT. Allah yang kuat dan kuasa,sedangkan kita lemah dan tidak berdaya. Selanjutnya Hamka menerangkan,"Tidak keluar dari garisan tawakkal,jika ia berusaha menghindarkan diri dari kemelaratan,baik yang menyinggung diri, atau harta benda,anak turunan. Baik kemelaratan yang yakin akan datang,atau berat fikiran akan datang. Jadi tawakkal itu setelah berusaha dan ikhtiar.

Kalau kita menghadapi bahaya dari sesama manusia,maka kita harus sabar,yaitu berani menghadapi untuk mempertahankan kehormatan diri,kalau mempertahankan diri tidak sanggup, kita harus mengelak,dan inilah yang disebut tawakkal. Dan kalau bahaya itu diserahkan saja kepada Allah,tanpa berusaha untuk bersabar dan mengelak,maka bukan dinamakan tawakkal,tetapi sia-sia. Kalau ada binatang yang hendak menerkam,ular akan menggigit,atau anjing gila mengejar,harus kita hadapi dengan sabar,yaitu mengambil siasat untuk mengalahkan yang akan membahayai kita jika tidak sanggup,kita harus mengelak. Kalau kita sabar dan tidak mengelak bukan dinamakan tawakkal,tetapi suatu perbuatan yang sia-sia.

Untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari,kita harus selalu berusaha keras untuk mencari rezeki,dengan sekuat tenaga dan harta benda. Kalau kita telah berusaha keras, barulah kita berserah diri kepada Allah,karena Allah sendiri yang membagi rezeki kepada hambanya. "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupi
(keperluan) nya". (QS.Ath-Thalaq:3)

Dari Umar ra berkata,"Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,"Seandainya kamu tawakkal kepada Allah dengan benar-benar tawakkal niscaya Allah memberi rezeki kepadamu sebagai
mana Allah memberi rezeki kepada burung,pagi-pagi kosong perutnya dan sore-sore perutnya penuh". (HR.Tirmidzi)

Burung tidak hanya tinggal saja disarangnya,ia pergi pagi-pagi benar sudah terbang untuk mencari rezeki,dari dahan kedahan,dari ranting keranting,dari sebidang tanah ke bidang tanah yang lain,dari sawah kesawah yang lain. Ini adalah sebuah gambaran agar manusia mengerti bahwa burung itu selalu berusaha mencari rezeki,jangan bermalas-malasan, dan setelah berusaha barulah berserah diri kepada Allah. "Barangsiapa yang senang untuk menjadi orang yang paling kuat diantara manusia,maka hendaklah ia tawakkal kepada Allah". (Asy-Syihab)

Kalau kita sedang ditimpa suatu penyakit,maka kita tidak boleh membiarkan saja,kita harus berusaha mencari obatnya. Kalau penyakit itu kita biarkan saja,tanpa mencari obatnya,
dan kita pasrah kepada Allah,itu bukan tawakkal tetapi bunuh diri. Bahkan Rasulullah SAW menyuruh kita menjaga diri,sebagaimana sabdanya,"Larilah dari penyakit kusta, sebagai sebagai lari dari harimau yang buas". Rasulullah juga menyuruh kita agar berobat bila ditimpa suatu penyakit,sebagaimana sabdanya :

"Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit,melainkan Allah menurunkan juga obatnya". (HR.Bukhari & Muslim)

Dengan keterangan-keterangan diatas tahulah kita apa sebenarnya yang dimaksud dengan tawakkal itu,yaitu berserah diri kepada Allah setelah berusaha dan berikhtiar dengan sekuat tenaga sekuat fikiran dan sekuat harta benda. Kalau berserah diri kepada Allah tidak didahului oleh usaha dan ikhtiar,maka bukan tawakkal,tetapi perbuatan sia-sia
atau bunuh diri.

8). Qana'ah.

Qana'ah ialah terhentinya keinginan terhadap yang sudah diberikan kepadanya,dan tidak ada lagi keinginan untuk menambah yang sudah ada.
Qana'ah itu mengandung 5 unsur :
  1. Menerima dengan rela apa yang ada.
  2. Memohon kepada Allah tambahan yang pantas,dan berusaha.
  3. Menerima dengan sabar akan takdir Allah.
  4. Bertawakkal kepada Allah.
  5. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

Memiliki lima unsur diatas,kita yakin bahwa qana'ah adalah suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang muslim,karena qana'ah dapat menenangkan hati,bahkan menjadi suatu modal yang tidak mengenal habis. Rasulullah SAW bersabda,"Qana'ah itu adalah harta yang tak akan hilang dan simpanan yang tidak akan lenyap". (HR.Thabrani)

Menurut Abu Zakaria Anshari bahwa qana'ah adalah merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki,yang sudah dapat memenuhi kepentingannya, baik yang berupa makanan, pakaian, atau ya lainnya. Abu Sulaiman Darani berkata,"qana'ah adalah merupakan sebagian sikap dari ridha,sebagaimana wara' adalah merupakan sebagian dari sikap hidup zuhud,qana'ah adalah permulaan ridha dan wara' adalah permulaan dari zuhud". Orang yang mempunyai sifat qana'ah telah memagar hartanya apa yang ada dalam tangannya dan tidak menjalar kepada yang lain.

Sikap qana'ah adalah suatu sikap yang dianut oleh orang sufi,karena sikap qana'ah mereka akan dapat terhindar dari ajakan nafsu terhadap dunia dan kemewahannya,dan keinginan nafsu kepada dunia ini tidak akan pernah puas,bahkan akan membawa manusia selalu disibukkan dengan urusan dunia saja,sehingga lupa dan lalai untuk mempersiapkan akhiratnya. Sikap qana'ah adalah suatu sikap yang bisa mendidik manusia untuk bersyukur kepada nikmat Allah,dan dengan bersyukur kepada Allah itulah akhirnya manusia memperbanyak beribadah kepadanya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,"Jadilah kamu orang yang wara',dengan demikian kamu menjadi orang yang lebih banyak beribadah,dan jadilah kamu orang yang bersikap qana'ah, maka dengan demikian kamu menjadi manusia yang lebih banyak bersyukur". (HR.Bukhari)

Abu Bakar Al Maraghi berkata,"Orang yang berakal ialah orang yang mengatur urusan dunianya dengan qana'ah,dan urusan akhiratnya dengan keinginan yang kuat dan bersegera, dan urusan agamanya dengan ilmu pengetahuan dan ijtihad". Muhammad bin Turmudzi berkata,"Qana'ah ialah jiwa rasa lapang dengan rezeki yang diberikan Allah kepadanya,dan hilang rasa tamak terhadap yang tidak tercapai". Dalam tasauf modern Prof.Dr.Hamka menerangkan panjang lebar tentang makna qana'ah,diantaranya beliau menerangkan "Barangsiapa yang telah memperoleh rezeki,tidak bersuruh berpangku tangan dan malas karena harta telah ada,sebab demikian itu bukan qana'ah,namun kemalasan. Kita harus bekerja,karena manusia hidup didunia untuk bekerja dan bekerja itu suatu ibadah kepada Allah,maka kita harus yakin bahwa dalam bekerja itu ada yang kalah dan ada yang menang. Jadi kita bekerja bukan memandang harta yang telah ada belum mencukupi,tetapi orang hidup didunia tidak boleh menganggur.

Hal ini sering menimbulkan salah sangka dalam kalangan orang-orang yang tidak paham rahasia agama. Mereka menuduh agama itu memundurkan hati bergerak. Agama menyebabkan manusia malas,sebab mengajak pemeluknya membenci dunia,terima saja yang ada,terima saja takdir,jangan berikhtiar melepaskan diri. Anggapan demikian itu adalah salah persangkaan pemeluk agama itu sendiri. Mereka menyangka bahwa yang disebut qana'ah adalah menerima saja apa yang ada,sehingga mereka tidak berikhtiar lagi. Padahal agama menyuruh manusia agar bekerja keras,agar bisa bershadaqah,infak,membangun mesjid,menuntut ilmu yang tinggi mungkin;mendidik umat,dan lain-
lain,agar umat Islam tidak menjadi terbelakang.

Sebenarnya agama menyuruh qana'ah itu adalah qana'ah hati,bukan qana'ah ikhtiar. Sebab itu para sahabat Rasulullah SAW orang-orang yang kaya-kaya,memperniagakan harta benda keluar negeri, dan mereka juga termasuk orang-orang yang qana'ah. Adapun faedah qana'ah amat besar diwaktu harta itu hilang dengan tiba-tiba. Maksud qana'ah sangat luas. Qana'ah menyuruh manusia untuk betul-betul percaya akan adanya kekuasaan yang melebihi kekuasaan kita. Qana'ah menyuruh sabar menerima ketentuan Ilahi jika ketentuan itu tidak menyenangkan,dan menyuruh manusia unutk bersyukur jika dipinjami-Nya nikmat. Dalam hal yang demikian manusia masih tetap disuruh berusaha keras, dengan kekuatan tenaga dan harta benda,sebab selama manusia masih hidup,masih diwajibkan berusaha mencari rezeki. Kita bekerja bukan berarti meminta tambahan yang telah ada dalam tangan,tetapi kita bekerja,sebab orang hidup itu wajib bekerja,dan inilah maksud qana'ah.

Telah jelas bahwa orang yang mengatakan qana'ah dapat melemahkan hati dan fikiran adalah salah,karena qana'ah adalah modal yang tidak akan dapat hilang untuk menghadapi kehidupan, menimbulkan kesungguhan hidup yang betul-betul untuk mencari rezeki. Orang yang memiliki sifat qana'ah tidak mengenal takut dan gentar,tidak mengenal ragu-ragu dan syak,fikiran kuat,dan bertawakkal kepada Allah.

Dalil-dalil yang berhubungan dengan qana'ah (menerima yang ada) adalah :

"Tidak sesuatu yang melata dibumi,melainkan ditangan Allah rezekinya". (QS.Hud:6)
Dari Abu Hurairah ra berkata,"Nabi SAW bersabda,"Kekayaan itu bukan dari banyaknya harta benda,tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati". (HR.Bukhari & Muslim) Abdullah bin Amr ra berkata,Rasulullah SAW bersabda,"Sungguh untung orang yang masuk Islam dan rezekinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang diberikan Allah kepadanya". (HR.Muslim)

Memperhatikan dalil-dalil diatas kita tahu,bahwa Islam mendidik pemeluknya agar qana'ah,tidak boleh rakus,tetapi sekali-kali Islam tidak menyuruh malas,lalai dan lengah. Dan sebaliknya Islam mewajibkan agar berusaha,menyuruh umatnya maju,dengan demikian akan dapat memberi,bukan meminta-minta. Sebab suatu hal yang perlu diperhatikan, bahwa tidak mungkin ada kekayaan tanpa berusaha,tidak mungkin berilmu tanpa mencari ilmu,tidak mungkin mencapai kemuliaan,tanpa ditempuh jalannya.

Ketika Maryam ibu Isa as hendak melahirkan Isa,ditengah padang yang jauh,disuruh Allah berpegang kepada dahan pohon korma,supaya runduk kebawah dan mudah buahnya jatuh. Kalau Allah menyuruh qana'ah hanya menunggu,tentu Maryam akan tetap tinggal lapar dan haus selamanya.

Bahkan pernyataan Allah,bila selesai shalat jum'at,maka bertebaranlah dimuka bumi akan mencari karunia-Nya,sebagaimana firman Allah :

"Hai orang-orang yang beriman,apabila disuruh untuk menunaikan shalat pada hari jum'at,maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telash ditunaikan shalat,maka bertebaranlah kamu dimuka bumi,dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". (QS.Al-Jumu'ah:9-10)

Berkaitan dengan ayat ini, Prof.Dr.Hamka menerangkan bahwa Allah tiada menahan mereka,bila shalat itu selesai,supaya bertekun juga dalam mesjid. Tetapi pergilah, carilah kehidupan kembali,rupanya cukup dan lengkap kewajiban yang harus dipaparkan. Cuma satu saja peringatannya,yaitu mengingat Allah sangat ketika shalat saja. Walaupunpenjual makanan telah memegang katian dan gantang,orang penjual kain telah memegang meteran,telah mempermainkan pena dan tinta orang kerja menulis,namun Allah jangan dilupakan,dan harus kita ingat selalu dimana saja kamu berada. Supaya kamu menang,dapat jaya dalam hidup dunia dan akhirat,"Berjalanlah dalam daratan bumi makanlah rezeki yang telah dianugerahkan".
Back To Top