MONOGAMI: Model Pernikahan Nabi SAW

Pada hakektanya, jauh sebelum hijrah ke Madinah, Nabi benar-benar menikmati indahnya hidup bersama dengan istrinya (Khodijah binti Khuwalid). Selama mengarungi bahtera dengan istrinya, keduanya saling memberi dan mengisi kekurangan masing-masing sebagai seorang pasangan. Di dalam catatan sejarah, selama mengarungi bahtera rumah tangganya, Nabi dan Khodijah tidak pernah memiliki masalah yang berarti. Rukun, tentram, serta penuh dengan kedamaian di dalam menjalani hari-harinya sebagai seorang suami istri.

Walupun Khodijah memiliki bisnis, taraf ekonominya sudah mapan, tidak pernah terjadi kesenjangan. Demikian dengan Nabi, walapun beliau Saw bewajah tampan, menawan, jujur, berbudi pekerti luhur, beliau tetap ramah dan tawadu’ kepada istrinya, dan juga kepada tetangga sekitarnya. Sungguh, Muhammad dan Khodijah pasangan yang ideal, yang pantas menjadi panutan sepanjang jaman oleh setiap keluarga, baik non islam, khusunya pengikut setia Nabi Saw.

Banyak kesamaan antara kedua pasangan ideal ini, seperti keyakinan (monohisme) satu tuhan yang Esa (Allah). Suka bersedekah kepada fakir miskin, tetangga dan kerabatnya, serta suka menyambung tali silaturahmi (nyambung seduluran). Dan, ternyata keduanya masih ada ikatan kerabat yang langsung dari bany Hasyim. Hanya saja, Nabi lahir dalam keadaan yatim nan miskin, sementara Khodijah lahir dalam kecukupan materi. Tetapi, masing-masing menyadari, bahwa kekurangan yang dimiliki adalah modal utama untuk meraih cita-cita dakwah (berjuang dijalan Allah).

Nabi dan Khodijah adalah pasangan yang sempurna. Keluarga yang dibangun diatas landasan agama, iman serta ketaqwaan. Inilah profil keluarga Nabi ketika mengarungi bahtera rumah tangga dengan Khodijah binti Khuwailid r.a. Seolah-olah Nabi Saw ingin menyampaikan kepada para pengikutnya bahwa model ideal pernikahan bukan poligami, tetapi monogamy sebagaimana belaiau contohkan ketika mengarungi bahtera dengan istrinya Khodijah ra.

Memang, tuhan menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan wanita (berpasang-pasangan), kemudian mereka berkembang pesat melalui proses pernikahan, sehingga menjadi sebuah kelompok (suku), kabilah, bahkan menjadi sebuah bangsa. Tujuan utamanya ialah saling mengenal (al-Taaruf), tidak menutup kemungkinan taaruf itu menjadi ikatan perjodohan. Perlu diingat, yang paling mulia dinatara mereka disisi-Nya,adalah ketaqwaanya (al-Hujurat:13), bukan penampilan (perfomen), atau kemapanan ekonomi dan financial.

Islam agama yang sempurna di antara agama-agama, serta keyakinan yang ada. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhamamd yang telah memberikan  konsep yang cukup jelas. Islam datang untuk semuanya bukan untuk kelompok tertentu, seperti Arab, atau untuk melindungi  kaum tertentu. Islam yang ajarkan oleh Nabi, tidak pernah mengenal diskriminasi,  serta tidak membedakan  suku, bahasa, ras, warna kulit, serta tidak membedakan     antara  laki-laki dan perempuan dalam  memperoleh  perlindungan hukum, serta  hak dan kewajiban yang sama.

Adanya Laki-laki dan wanita adalah bentuk nyata atas tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Namun, sejak penciptaanya wanita memang diperuntukkan untuk lelaki, karena bahan baku wanita adalh selanya lelaki, dengan istilah lain disebut dengan’’tulang rusuk’’. Makhluk indah yang sering juga disebut dengan  istilah perempuan atau betina (yang ini khusus untuk binatang) selalu menjadi  bahan pembicaraan yang menarik, selalu dianggap sebagai sumber inspirasi seniman baik bagi seorang orang.

Khodijah adalah wanita cantik yang berbudi, yang menjadi buah bibir penduduk Makkah. Cantik, menarik, dari kalangan bangsawan, serta dari kalangan berada (kaya). Wajar, banyak lelaki meminangnya, akan tetapi Khodijah tidak kunjung menerima lamaran orang yang datang, walupun banyak tokoh dan bangsawan melamarany. Tetapi, ketika Nabi menjadi pegawai tetapnya, tiba-tiba Khodijah tertarik, yang kemudian menjadi suaminya. Demikianlah tuhan mengatur perjalanan hidup kekasih-Nya. Ketika membina keluarga Nabi dan istrinya benar-benar menjadi rumah tangga idaman setiap orang.
Back To Top